The Seen and Unseen Sebuah Film Karya Kamila Andini


Sumber Gambar dari geotimes.id

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, dalam tulisannya menjelaskan bahwa sebagian kebudayaan di Bali masih mempercayai mitos kembar buncing, kalau kembar buncing (lelaki-perempuan) terjadi pada keluarga biasa, itu dianggap bencana dan (dulu) berakibat dikucilkan. Jika itu terjadi pada keluarga 'kasta-atas', maka itu dianggap anugerah. Air bekas memandikan bayi kembar buncing dari ‘kasta-atas’ itu diyakini dapat menyuburkan sawah-ladang, semua itu ingin di gambarkan dalam film karya Kamila Andini yang menggunakan latar belakang kebudayaan Bali sebagai rekonstruksi kejadian.

Film The Seen and Unseen adalah flim drama yang disutradari oleh Kamila Andini berceritakan kehidupan yang terlihat dan tidak terlihat di Bali, mengangkat mitos, magis, budaya yang di gambarkan dalam dunia visual bertemakan kehidupan anak-anak, film ini mengisahkan sepasang anak kembar beda kelamin (kembar buncing) yaitu Tantra dan Tantri, dalam mitos Bali akan mengalami kesialan ketika di Lahirkan dalam keluarga kasta rendah. Film ini ingin menunjukkan juga bagaimana dunia imajinasi anak-anak ketika mereka memperjuangkan orang yang mereka sangat sayangi, sehingga mencoba segala hal untuk menghentikan matahari mengambil cahaya bulan.

Pada suatu hari hal yang tidak dirapkan terjadi kepada Tantri yaitu Tantra jatuh pingsan dan dibawa kerumah sakit, kesakitan Tantra membuat pilu buat Tantri. Tantri datang menjenguk Tantra berdiri di depan pintu kamar rumah sakit dan tidak mau melangkahkan kaki kedalam ruagan untuk menjenguk saudaranya, ia masih memegang sebuah telur yang kemudian remuk digenggamannya dengan jelas tetesan kuning telurnya jatuh kebawah namun kedua warna putih dan kuning tidak bisa dipisahkan sebagaimana budaya Bali mempercayainya bahwa warna putih dan kuning selalu mendomi nasi dalam titual Hindu di Bali dan warna putih dan kuning selau berada berdampingan—terasa sulit melihat hilangnya salah satu warna dalam setiap ritual. Seolah-olah ada semacam rajutan yang tidak terlihat oleh mata jasmani di balik keberadaan dua warna ini.

Ketika Tantra sudah berada lama di rumah sakit, dan Tantri sudah tau penyakin yang di alami oleh saudaranya, Tantra memberitahukan Tantri lewat wayangnya bawah ia bagaikan Bulan yang lama kelamaan akan hilang ditelan matahari, Tantri merasa sangat kehilangan, kehilangan Tantri di wujudkan dalam mitos memakan telur tidak ada kuningnya, ia mencari namun tetap tidak ada. Sebagai kembar siam mereka bagaikan putih dan kuning dalam telur namun itu akan terpisahakan oleh waktu dan itu di gambarkan dalam sebuah telur.

Tantri membangun dunia malamnya besama saudaranya, melalui tarian-tarian yang mereka mainkan itu semua dilakukan untuk membuat saudaranya terhibur, dalam tariannya juga tergambarkan warna yang dipakai tetap putih dan kuning warna yang selalu ada dalam ritual Bali. Tantri melakukan tarian ketika malam purnama itu menggambarkan bahwa ia ingin mendoakan saudaranya yang sedang sakit.

Film ini secara visual dan efek musik sangat baik di gambarkan, suara jangkrik dan angin dari awal film sampai akhir sangat jelas terdengar, penekanan kepada suara langkah, gelas semuanya jelas. Namun film ini adalah film yang lumanyan membosankan bagi penonton yang tidak sabar, karena film ini adalah film dingin dan sangat detail menggambarkan suasana ceritanya.

Film ini ingin mengangkat kesedihan yang mendalam dari Tantri dan itu tergambarkan dengan baik dalam film ini, begitu juga ketika ingin menggambarkan simbol-simbol budaya itu juga di gambarkan dengan baik, misalnya menggambarkan bunga yang di gunakan oleh Tantri ketika ia melakukan ritual di sawah, bungan dalam budaya Hindu Bali Bunga, disamping dipergunakan sebagai sarana persembahyangan juga memiliki arti sebagai lambang persembahyangan yang tulus ikhlas dan suci serta melambangkan sifat maha cinta kasih dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, bunga itu sendiri adalah lambang-lambang dari keagamaan.

Sambung ayam dalam budaya Bali juga tergambar dalam film, budaya Hindu Bali percaya bahwa ayam jantan menggambarkan seorang lelaki yang jantan dan tangguh. Di dalam film Tantri sambil berjongkok menyaksikan sambung ayam disini film ingin menceritakan sesuatu pesan yang tersirat dibalik itu.

kera juga muncul sebagai simbol yang ingin digambarkan yang kemudia di Tantri beperan sebagai manusia kera (wanara) dalam kepercayaan Hindu Wanara adalah sosok yang gagah, berani dan ingin tahu, simbol itu juga tergambarkan dalam dunia anak, dimana anak adalah sosok yang serba ingin tahu dan selalu mencoba hal yang baru.  

Semua visual yang di gambarkan dalam film ini mendukung mitos yang ada dalam kepercayaan hindu itu di wakilkan dengan makin melemahnya dan meninggalnya Tantra, dalam kepercayaan Hindu Kembar buncing adalah sebuah kesialan apa bila lahir dalam kehidupan masyarakat biasa namun akan menjadi sangat baik apa bila di lahirkan dalam keluarga Terpandang.

Film ini diakhiri dengan pesan simbol yang sangat baik, dimana Tantri duduk sendirian sambil bersedih dan matahari terbit di belakangnya, ini memperjelas bahwa cahaya bulan telah redub dimakan oleh matahari, semua mitos itu di wujudkan dalam film karya Kamila Andini. 

Penulis merupakan Muslem, MA
Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Langsa
Mahasiswa Dotor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung

The Seen and Unseen Sebuah Film Karya Kamila Andini The Seen and Unseen Sebuah Film Karya Kamila Andini Reviewed by Komhum on February 22, 2023 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.